Langkau ke kandungan utama

Janganlah Berburuk Sangka Kepada Allah


Janganlah Berburuk Sangka Kepada Allah

Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa ALLAH adalah Dzat yang maha sempurna, baik dari Nama, Sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak ada satupun aib atau cela yang terdapat pada ALLAH.

Sebagai bentuk realisasi TAUHID, kita dilarang mengingkari nama dan sifat yang telah ditetapkankan oleh ALLAH Ta’ala. Kita wajib percaya dan menerima sesuatu yang telah ditetapkan ALLAH kepada para hambaNya.


Segala Sesuatu Diciptakan Dengan Hikmah

ALLAH menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya tentu mengandung hikmah yang agung dan tidak dalam rangka kesia-siaan.

ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…” (Ash-Shood: 27). Termasuk tatkala ALLAH memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga mengandung hikmah yang agung di dalamnya. Subhanallah!

Untuk itu kita harus selalu berhusnuzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah ALLAH tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung. BERSYUKURLAH! BERSYUKURLAH! BERSYUKURLAH! SAUDARA SAUDARA KU SEKALIAN!!


Rahasia di Balik Musibah

Para pembaca yang budiman, tidaklah ALLAH menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mu’min kecuali untuk tiga hal:

  1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Alloh tetapkan.
  2. Sebagai cobaan bagi dirinya.
  3. Sebagai pelebur dosa, atas dosanya yang telah lalu.

Su’udzon Itu Tercela

Su’udzon (berprasangka buruk) pada ALLAH merupakan sifat tercela yang harus dijauhi dari diri setiap orang yang beriman karena hal ini merupakan salah satu dari dosa besar. Sikap seperti ini juga merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafiq. Mereka berprasangka kepada ALLAH dengan prasangka yang buruk dan mengharapkan kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. Akan tetapi ALLAH membalik tipu daya mereka serta mengancam mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat.


ALLAH berfirman yang artinya, “Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap ALLAH. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan ALLAH memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (Al-Fath: 6)

Adzab dunia yang akan diterima oleh orang kafir dan orang munafiq yang memusuhi ALLAH adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka tatkala melihat keberhasilan kaum muslimin. Adapun adzab akhirat, mereka akan mendapatkan murka ALLAH serta dijauhkan dari rahmat Alloh dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.


Berprasangka buruk pada ALLAH merupakan bentuk cemooh atau ingkar pada takdir ALLAH, Misalnya dengan mengatakan Sepatutnya kejadiannya begini dan begitu.” Atau ucapan, “Aduhh rezeki saya akhir-akhir ini merosot terus ahh? Lagi habis semuanya memang ..…”serta bentuk ucapan-ucapan yang lain. Banyak orang berprasangka buruk pada ALLAH baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat ALLAH. Maka sudah selayaknya bagi orang yang berakal dan mau membenahi diri, hendaklah ia memperhatikan permasalahan ini dan mau bertobat serta memohon ampun terhadap prasangka buruk yang telah ia lakukan.


Jauhi Prasangka Buruk Kepada ALLAH

Sikap berburuk sangka merupakan sikap orang-orang jahiliyah, yang merupakan bentuk kekufuran yang dapat menghilangkan atau mengurangi tauhid seseorang. ALLAH Ta’ala berfirman yang artinya, Mereka menyangka yang tidak benar terhadap ALLAH seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: ‘Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan ALLAH.’ Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: ‘Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.’

Katakanlah: ‘Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.’ Dan ALLAH (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. ALLAH Maha Mengetahui isi hati.” (Ali-Imran: 154)


Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka buruk kepada Alloh dapat terjadi pada tiga hal, yaitu:

  1. Berprasangka bahwa ALLAH akan melestarikan kebatilan dan menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. ALLAH berfirman yang artinya, “Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya (terbunuh dalam peperangan, pen) dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.” (Al-Fath: 12)

    Perbuatan seperti ini tidak pantas ditujukan pada ALLAH karena tidak sesuai dengan hikmah ALLAH janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang kafir dan Neraka Wail-lah tempat mereka kembali.

  2. Mengingkari Qadha’ dan Qadar Alloh yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak ALLAH dan taqdir ALLAH. Seperti pendapat Sekte Qodariyah.
  3. Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir ALLAH. Sebagaimana pendapat Sekte Jahmiyah dan Sekte Asy’ariyah.

Iman dan tauhid seorang hamba tidak akan sempurna sehingga ia membenarkan semua yang dikabarkan oleh ALLAH, baik berupa nama dan sifat-sifat- Nya, kesempurnaan- Nya serta meyakini dan membenarkan janji-Nya bahwa Dia akan menolong agama ini


Untuk itu sekali lagi marilah kita instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang seperti ini (orang gemar berprasangka buruk pada ALLAH) sehingga kita dijauhkan dari syurga ALLAH yang kekal? Kita berdo’a kepada ALLAH agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepadaNya.


Wallahu a’lam.


***

Penulis: Abu Farhan Wali Sabara

Ulasan

Catatan popular daripada blog ini

Hati-Hati Pengguna Bahan Penambah Perisa Makanan

HATI-HATI PENGGUNA BAHAN PENAMBAH PERISA MAKANAN Allah sudah memberi petunjuk melalui utusanNya, Nabi Muhammad dalam Al Quran, mengenai keperluan pokok manusia berupa makanan. Dia Subhanahu wa Ta'ala telah menentukan kaedah cara hidup sihat dengan memerintahkan agar manusia memilih makanan yang baik dan halal, seperti yang dinyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 168: ياأيها الناس كلوا مما في الأرض حلالا طيبا "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi" Kita semestinya bersyukur atas panduan ini. Sudah jelas, Allah mengarahkan kepada yang terbaik, tidak akan menjerumuskan umatNya. Manusia itu sendiri yang benar-benar lalai dan mengikuti hawa nafsu. Bergesernya pola hidup manusia yang cenderung konsumtif, ingin serba mudah, lebih segera, yang penting enak dirasa oleh lidah tanpa memikirkan kesan-kesan buruk yang bakal muncul dari kebiasaan yang keliru. Tanpa disedari, makanan yang lazat dinikmati, akhirnya meros

Rumahku Syurgaku

RUMAHKU SYURGAKU Abdullah Fahim et.all PENDAHULUAN Dalam keghairahan negara untuk mencapai matlamat pembangunan bangsa yang maju dan dinamik yang bersendirian kepada pembangunan sains dan teknologi, tidak dapat dinafikan akan berlaku kesan-kesan sampingan atau pengaruh–pengaruh negatif dari budaya asing yang boleh merosakkan anak muda, mengugut kestabilan dan kecemerlangan bangsa. Gejala mungkar yang berlaku dalam masyarakat hari ini terutama di kalangan muda mudi seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan dadah, mencuri, malas dan sebagainya adalah di antara bukti yang jelas terhadap perlunya peranan yang mesti dimainkan oleh ibu bapa. Gejala-gejala seperti kerapuhan pegangan agama, kekosongan jiwa, kekurangan daya tenaga dan pemikiran di kalangan muda mudi, krisis rumahtangga, perilaku anak-anak yang liar, tidak ada pegangan hidup, tidak menghormati orang tua, lebih suka kepada kebebasan mutlak dan keseronokan serta hanyut dalam arus pengaruh kebudayaan asing yang lebih banyak merosakka

Hukum Mengambil Gaji Tanpa Bekerja

HUKUM MENGAMBIL GAJI TANPA BEKERJA Oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin Soalan Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: Saya pekerja di suatu instansi pemerintah, kadang-kadang kami dibayar upah lembur dari kantor kami tanpa menugaskan kami dengan pekerjaan di luar jam kerja dan tanpa kehadiran kami di pejabat. Mereka menganggapnya sebagai insentif pekerja di luar jam kerja, padahal pimpinan instansimengetahui dan mengakuinya. Kami mohon penjelasan, semoga Allah memberi anda kebaikan. Adakah boleh mengambil wang tersebut? Jika tidak boleh, apa yang harus saya perbuat dengan wang-wang yang telah saya terima dahulu yang telah saya pergunakan. Smoga Allah membalas anda denan kebaikan. Jawapan Jika kenyataannya seperti yang anda sebutkan, maka itu suatu kemungkaran, tidak boleh dilakukan, bahkan merupakan pengkhianatan. Yang harus dilakukan adalah mengembalikan wang yang telah anda terima dengan cara seperti itu ke bendahara negara. Jika tidak bisa, maka hendaklah anda menye