TIDAK TEGAS DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PEMIMPIN
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin
Soalan
Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin ditanya: Adakalanya pimpinan meminta saya untuk memberikan kemudahan dalam hal-hal tertentu terhadap sebahagian hubungan atau kerabatnya. Apakah boleh saya melaksanakan itu? Padahal sebahagian hal tersebut merupakan rutin yang tidak begitu prinsipil, dan sebahagian yang lain cukup prinsipil dan berpengaruh?
Jawapan
Seseorang harus memperlakukan manusia dengan adil, tidak boleh mengutamakan kerabat dan temannya sendiri atau kerabat dan teman atasannya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
"Ertinya: Demi Allah, seandainya Fatimah bintu Muhammad yang mencuri, pasti aku potong tangannya" [HR Al-Bukhari, kitab Al-Anbiya (3475), Muslim, kitab Al-Hudud (1688)]
Maka tidak boleh mengutamakan kerabat atau teman-teman atasannya, baik peraturan prinsipil atau sekadar rutin sebagaimana disebutkan oleh penanya. Setiap peraturan yang ditetapkan kerajaan dan tidak bertentangan dengan syari'at, harus kita laksanakan, kerana Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman.
"Ertinya: Wahai orang-orang yang beriman, ta'atailah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya) dan ulil amri di antara kamu" [An-Nisa: 59]
[Fatawa Lil Muwazhzhafin wal Ummal, Syaikh Ibnu Utsaimin, hal. 15]
TIDAK KONSISTEN DALAM BERTUGAS
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Soalan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya: Apa hukum gaji pekerja yang tidak konsisten dalam bertugas dan tidak melaksanakannya dengan sempurna. Apakah gajinya itu haram atau halal?
Jawapan
Gajinya mengandungi keraguan. Hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan bersungguh-sungguh dalam tugasnya sehingga gajinya tidak mengandungi keraguan, kerana seharusnya ia melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dengan betul untuk gajinya halal. Jika ia tidak mempedulikan, maka sebahagian gajinya haram. Maka hendaklah ia berhati-hati dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
[Fatawa Lil Muwazhzhafin wal Ummal, Syaikh Ibnu Baz, hal.6]
Wajibnya BERSIKAP ADIL ANTARA PEKERJA MUSLIM DAN LAIN
Soalan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya: Saya mempunyai dua pekerja, satu seorang Muslim dan satu lagi kafir, keduanya sama-sama professional dalam bekerja. Saya diminta untuk menilai pekerjaan mereka, bolehkah saya meremehkan haknya yang kafir kerana alasan agama?
Jawapan
Yang wajib adalah bersikap adil di antara keduanya, tapi seharusnya pula mengelakkan orang-orang kafir walaupun lebih bersemangat, kerana seorang muslim itu lebih berkat walaupun kemampunannya kurang, apalagi jika kemampuannya sama. Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahawa beliau berwasiat untuk mengeluarkan orang-orang klafir dari jazirah Arab ini dan tidak ada agama lain selain Islam [1]. Hanya Allah-lah sumber kejayaan.
[Majalah Al-buhut, 27, Syaih Ibnu Baz]
[Disalin dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram,Fatwa-Fatwa Terkini, Penerjemah Musthofa Aini Lc, Penerbit Darul Haq]
__________
Foote Note
[1]. Lihat Muwaththa Malik (2 / 892, 893), Muslim, kitab Al-Jihad (1767), Al-Bukhari, kitab Al-Jihad (2053), Muslim, kitab Al-Wasliyah (1637)]
Ulasan
Catat Ulasan